Langsung ke konten utama

First love - after 7 years (Part 1 - Pertemuan)

Part 1 
First love - after 7 years 

Pertemuan 

Matahari panas nan menyengat tak menyurutkan semangat untuk berdiri di halaman sekolah. Pembina apel memberi amanah mungkin cukup membosankan. Kaki berdiri 30 menit lebih, lagi-lagi terucap keluhan anak sekolah yang enggan mengikuti apel pagi. Lelah yang ku rasa terbayar ketika sekilas melihat wajah yang asing.  Belum pernah melihat sebelumnya. Berbeda-beda dengan teman yang lain. Seketika semangat kembali pulih. Keluhan-keluhanpun terhapuskan. Kembali memupuk semangat sampai apel pagi selesai, karena upacara waktu 30 menit lebih. Waktu yang ditunggupun terkabulkan. Kegiatan nan membosankan telah usai. Mulai kegiatan seperti biasa. Yah, belajar lagi hingga siang tiba. Sejenak pandanganku teralih pada seorang laki-laki, cukup asing bagiku. Seorang yang belum pernah ku jumpai. Pandangan yang tak luput darinya. Mungkin wajahnya yang tampan membuatku terpesona. Lamunanku dibuyarkan tepukan tangan sahabatku. Pagi yang sebelumnya membosankan kini berubah menjadi lebih berwarna. Entah, karena kehadirannya atau sahabatku. Waktu yang menunjukkan pukul 07.45 menandakan apel pagi selesai, membuatku terpisah dengan sahabatku. Selepas itu kami berpisah karena beda kelas tetapi saat istirahat ibarat seperti perangko susah dipisahkan. Aku lanjutkan langkahku menuju ruang kelas yang tak jauh dari halaman. Seperti biasa bangku sebelah masih saja kosong. Ku lemparkan tas ke bangku tersebut untuk mengisi kekosongan sampai ada yang menempati. Tiba-tiba salah seorang yang tak lain adalah guru mengenalkan siswa baru. 

"Selamat pagi, anak-anakku" ucap ramah. 
"Pagi, bu" sahut penghuni kelas kompak. 
"Perkenalkan, namanya Fatur. Dia pindahan dari Jawa Barat. Mulai hari ini mengikuti kegiatan belajar di sekolah ini. Silakan, duduk di kursi nomor 3 dekat dengan Nana" perintah guru tersebut. 
"Baik, Bu" sahutnya. 
"Ecieeee......" sorak satu kelas.
"Berisiknya kalian" sahutku kesal. 

Sebetulnya aku paling suka duduk sendirian karena lebih leluasa. Kali ini tak apalah berbagi dengan orang lain. Awal bertemu ku pasang wajah judes siapa tau esok hari dia pindah bangku. Seperti biasa seharian penuh hanya diam, canggung untuk mulai bicara dengan orang yang belum di kenal. Diam terus-menerus membuat keadaan semakin membosankan dan ditambah penjelasan bahan mata pelajaran yang sangat banyak. Jika terlampau bosan aku selalu membaca novel, tetapi hari ini ku jaga gengsi. Karena, di samping anak baru, sementara harus memberikan kesan baik. Kemudian ku lirik arloji dan belum menunjukkan waktu istirahat. Rasa lapar dan kantuk yang tak tertahan. Tak ku sadari kepalaku menunduk dan akhirnya mataku terpejam. Seketika aku terlelap spontan aku dibangunkan oleh lonceng yang pertanda waktu istirahat. Aku terbangun dengan kondisi yang linglung dan mata sayu. Aku melihat anak baru tersenyum melihatku. Langsung ku lari ke kamar mandi untuk membasuh wajahku. Rasa malu teramat sangat, tak biasa aku seperti ini. Aku mempercepat langkah kaki ke kantin. Ternyata sahabatku telah menunggu dengan ekspresi kesal. Bisa jadi menunggu yang terlalu lama baginya. 

"Naaa, lama nunggu laper lama-lama" ujar Rosa bernada kesal.
"Ros, baru lima menit aja bilang lama". 
"Habis dari mana aja tadi muka di tekuk mulu" sahutnya tertawa. 
"Cari wangsit tadi".
"Gayaan cari petunjuk, bilang aja tadi merem ya? Ridwan barusan kasih tau, tung". 
"Iya deh jujur". 

Setelah pembicaraan singkat, kami mulai menyantap sarapan pagi. Obrolan ringan selalu kami bicarakan, sekedar mencurahkan isi hati atau menceritakan hal lucu. Hari ini juga awal ku mulai menaruh hati pada seseorang, tak pernah aku rasa sebahagia sebelumnya. Sekilas ku lihat Fatur yang duduk tak jauh dari kursiku. Jantungku serasa berdebar. Rasa yang aneh baru ketemu bisa langsung jatuh hati padanya. Pikiranku saling bercampur aduk. Umurku yang masih seumur jagung segampang ini jatuh hati. Aku memang tidak pernah menaruh hati pada siapapun dan karena seorang anak baru membuat hariku berbeda. Lonceng berbunyi bergegas aku berjalan meninggalkan kantin menuju ke ruang kelas dan kembali duduk di kursi panas sampai jam sekolah berakhir. Untungnya aku sempat membawa bekal kecil-kecilan yang telah ku beli sebagai penghilang kantuk sementara. Waktu berlalu saatnya kembali ke singgasana nyaman yaitu rumah. Lelah yang di rasa perlahan menghilang. Aku berjalan langkah demi langkah menghampiri sahabatku yang masih berada di ruangan. Tiba-tiba aku melihat Fatur berjalan ke gerbang dan datanglah jemputan. Sebentar aku melirik, seorang anak dari keluarga berada. Tak di sangka Rosa sudah berdiri dan menarik lenganku. 

"Nan, ayo nanti ketinggalan bus lagi".
"Oke, ayo". 
"Sampai rumah ku antar bingkisan wafer enak" bujuk Rosa.
"Wafer cuma toples aja, tong dalemnya kamu isi rengginang goreng" balasku tertawa. 
"Rengginang itu juga berkat. Yook, cepat jalan" Rosa berjalan sambil menarikku. 

Kami berdua berjalan cepat menuju halte bus yang tak jauh dari sekolah. Kami berbincang ringan sembari menunggu bus. Tak lama setelahnya bus yang kami tunggu datang menghampiri. Kami bergegas naik ke dalam bus agar sesegera sampai rumah tepat waktu. 



***

Komentar