Part 4
First Love - After 7 Years
"Accismus"
Ketika menyukai seseorang tetapi lebih memilih untuk menyembunyikannya dengan pura-pura tak menyukainya. Yah, aku mengalaminya dan menyembunyikannya rasa itu. Dalam hati menyukai dan mulut mengucapkan kata "tak menyukai". Sewaktu itu aku sangat berbohong pada perasaanku sendiri. Perasaan tiba-tiba datang tanpa ada "permisi" dan yang ku takutkan pergi secara tiba-tiba. Bagiku yang masih labil akan perasaan, aku memilih mengabaikannya. Sekian lama terabaikan barulah sekarang semakin terasa. Saat sudah kutemukan dia yang lebih mencintaiku, cinta pertama itu takkan pernah terhapuskan. Ketika pilihan itu datang meski aku menyimpan rasa pada "cinta pertama", seseorang yang lebih mencintai aku memilihnya.
Flash back...
Aku dan Rosa berjalan menyusuri lorong sekolah yang masih sepi kala itu. Kami berangkat lebih awal dan sering mendapat teguran, karena selalu sampai sekolah hampir mendekati jam pelajaran di mulai. Pagi itu kami memutuskan untuk ke kantin untuk sarapan pagi. Sesampai di sana Rosa memesankan dua mangkok soto ayam dan dua gelas teh hangat. Pagi itu kami mengisi dengan obrolan ringan dan sedikit gurauan. Biasanya aku tidak pernah sarapan pagi di kantin dan mau tidak mau aku harus membiasakannya. Obrolan kami memecah kesunyian di pagi itu.
"Naa, sekarang jadi anak rajin berangkat pagi!" ucap Rosa mengawali.
"Ros, kamu juga rajin pagi-pagi sampai sekolah!" sahutku.
"Kita sering kena teguran dari salah satu guru juga kalau datang dekat jam 7" jawab Rosa tertawa.
"Padahal tak sesering itu" sahutku ketus.
"Oh, iya kamu masih satu meja sama Fatur?" tanya Rosa.
"Masihlah, Ros tak tahu sampai kapan satu meja barengan dia".
"Kalian hampir sebulan satu meja, kamu tak ada rasa apapun?" Rosa bertanya lagi.
"Rasa apa sih, Ros?" aku bertanya balik.
"Biasalah! Lagian kita tak satu kelas, ketemu pas jam berangkat, istirahat, pulang, sama di rumah".
"Iya, benar kok".
"Lagian, kamu tertutup di kelas terus kalau baru badmood lebih jadi diam banget" jawab Rosa.
"Jadi?".
"Apa tak menyimpan rasa? Hanya kagum atau suka?" Rosa bertanya sungguh-sungguh.
"Ya, enggaklah Ros! Demi apa suka sama dia!" jawabku ketus.
"Jangan sampai di simpan lama kalau memang ada rasa, Na!".
Obrolan pagi itu sedikit menyinggung apa yang ku rasakan tetapi aku hanya menyangkal dan mengatakan bahwa aku tak menyukai. Dalam hati aku tak bisa berbohong, sejujurnya kehadirannya membuatku tak merasakan kesepian yang berarti. Hari demi hari aku melewatinya dengan bahagia. Seolah-olah hariku menjadi lebih berwarna dengannya. Menyimpan rasa dan mengatakan bahwa tak menyukainya tak akan berefek sewaktu masih selalu bertatap muka. Setidaknya lebih banyak waktu bertemu dan membicarakan hal-hal kecil. Rasa suka yang terpendam lama dan sangat lama hingga bertahun-tahun itulah yang disebut cinta. Aku tak mengungkapan kala itu dan menganggap hal sepele karena aku masih terlalu labil. Saat usiaku beranjak dewasa tak pernah luntur dan memunculkan rasa yang lebih mendalam. Sampai waktu ini rasa masih terpendam dan tak terungkapkan. Aku seorang perempuan tetapi tak mempunyai keberanian untuk mengungkapkan dan jika orang bertanya aku masih mengatakan tak menyukainya dalam hati justru semakin dalam yang ku rasakan. Aku menyadari rasa cinta yang tak pernah aku ungkapkan mengajariku untuk menggunakan di jalan terbaik. Ketika duniaku dulu berubah menjadi seterang sekarang karenanya.
Flash back...
Aku dan Rosa berjalan menyusuri lorong sekolah yang masih sepi kala itu. Kami berangkat lebih awal dan sering mendapat teguran, karena selalu sampai sekolah hampir mendekati jam pelajaran di mulai. Pagi itu kami memutuskan untuk ke kantin untuk sarapan pagi. Sesampai di sana Rosa memesankan dua mangkok soto ayam dan dua gelas teh hangat. Pagi itu kami mengisi dengan obrolan ringan dan sedikit gurauan. Biasanya aku tidak pernah sarapan pagi di kantin dan mau tidak mau aku harus membiasakannya. Obrolan kami memecah kesunyian di pagi itu.
"Naa, sekarang jadi anak rajin berangkat pagi!" ucap Rosa mengawali.
"Ros, kamu juga rajin pagi-pagi sampai sekolah!" sahutku.
"Kita sering kena teguran dari salah satu guru juga kalau datang dekat jam 7" jawab Rosa tertawa.
"Padahal tak sesering itu" sahutku ketus.
"Oh, iya kamu masih satu meja sama Fatur?" tanya Rosa.
"Masihlah, Ros tak tahu sampai kapan satu meja barengan dia".
"Kalian hampir sebulan satu meja, kamu tak ada rasa apapun?" Rosa bertanya lagi.
"Rasa apa sih, Ros?" aku bertanya balik.
"Biasalah! Lagian kita tak satu kelas, ketemu pas jam berangkat, istirahat, pulang, sama di rumah".
"Iya, benar kok".
"Lagian, kamu tertutup di kelas terus kalau baru badmood lebih jadi diam banget" jawab Rosa.
"Jadi?".
"Apa tak menyimpan rasa? Hanya kagum atau suka?" Rosa bertanya sungguh-sungguh.
"Ya, enggaklah Ros! Demi apa suka sama dia!" jawabku ketus.
"Jangan sampai di simpan lama kalau memang ada rasa, Na!".
Obrolan pagi itu sedikit menyinggung apa yang ku rasakan tetapi aku hanya menyangkal dan mengatakan bahwa aku tak menyukai. Dalam hati aku tak bisa berbohong, sejujurnya kehadirannya membuatku tak merasakan kesepian yang berarti. Hari demi hari aku melewatinya dengan bahagia. Seolah-olah hariku menjadi lebih berwarna dengannya. Menyimpan rasa dan mengatakan bahwa tak menyukainya tak akan berefek sewaktu masih selalu bertatap muka. Setidaknya lebih banyak waktu bertemu dan membicarakan hal-hal kecil. Rasa suka yang terpendam lama dan sangat lama hingga bertahun-tahun itulah yang disebut cinta. Aku tak mengungkapan kala itu dan menganggap hal sepele karena aku masih terlalu labil. Saat usiaku beranjak dewasa tak pernah luntur dan memunculkan rasa yang lebih mendalam. Sampai waktu ini rasa masih terpendam dan tak terungkapkan. Aku seorang perempuan tetapi tak mempunyai keberanian untuk mengungkapkan dan jika orang bertanya aku masih mengatakan tak menyukainya dalam hati justru semakin dalam yang ku rasakan. Aku menyadari rasa cinta yang tak pernah aku ungkapkan mengajariku untuk menggunakan di jalan terbaik. Ketika duniaku dulu berubah menjadi seterang sekarang karenanya.
***
Komentar
Posting Komentar